Kaifa Haluuk????

Dunia Maya Tanpa Batas.... Tapi Ingat, Apa Yang Anda Lakukan Akan diminta Pertanggungjawabanx...

Amar Ma'ruf Nahi Mungkar!!!

Kamis, 15 Maret 2012

REALITA SI “PENGEMIS INTELEK”

Awalnya, Aku bangga dengan predikat seorang yang memiliki strata pendidikan yang paling tinggi. Melangkah dengan anggun, penuh wibawa, dan mengesankan setiap mata yang memandang. Ketika ia masuk ke dalam suatu lingkungan masyarakat, langkahnya mantap mengeluarkan banyak teori sana sini. Menebarkan paham, mengajarkan aliran, mengemukakan doktrin-doktrin, dan mengasah paradigma. Sungguh bangga menggunakan almamater kebesaran.
Memasuki sebuah civitas akademika, langkahku sangat mantap dan matang. Penuh cita, cinta dan harapan di dalam otak yang hanya sebesar buah kelapa ini. Ya…. Mungkin anggapan orang mudah tuk memasuki gerbang sakral ini. Cukup menyediakan kesediaan mental, kerelaan fisik, dan kematangan finansial. That’s so Simple, right!!!!
Tiba kalanya, Aku Bertemu dengan Jimmy. Orangnya mampu memukau orang yang memandangnya dengan ketampanan wajah, tubuh yang proporsional, dan tutur kata yang meyakinkan para pendengarnya. Aku awalnya kagum, “Wah, ini dia calon pemimpin masa depan Negara kita.” Hampir tak ada kekurangan yang ia miliki saat ku bertemu pertama kali dengannya. Saking kagumnya, aku pun berusaha mngenalnya, mencari tahu asal-usulnya, meneliti karakter keperibadiannya melalui Tanya jawab dengan orang-orang terdekatnya.Semuanya ku lakukan dengan harapan memetik pengalaman dan pengajaran dari kisah sukses seorang Jimmy. 
Lama berselang, akupun memberanikan diri menyapanya sekedar untuk basa-basi saja. Tak disangka, dia malah menggiringku ke pembicaraan doktrin yang berusaha ia tanamkan dalam otak saya. Sebagai seorang muda yang masih agak labil, akupun penasaran dan terus ingin tahu. Tibalah saatnya, aku diajak untuk menginap di kosan miliknya. Kosan itu, sederahana memang, tapi kemewahan tampak pada fasilitas yang ia miliki, mulai dari motor yang bermerk terkenal, Handphone canggih, Notebook stylish, TV, dan beberapa barang superior lainnya. Tanpa sengaja, mulutku berdecak kagum.
Aku beristirahat di atas sebuah kasur empuk yang nyaman seakan-akan memanjakan tubuh yang letih akibat aktivitas di kampus. Jimmy tampak sibuk mengotak atik isi kamarnya. Dengan membawa sesuatu dikedua tangannya, mulailah ia beraksi. Tak kuduga ia menyodorkan sebatang rokok padaku, “ambillah, ini adalah obat penghilang rasa letih.” Aku pun menjawab, “maaf, saya tidak merokok.” Tak habis akal ia menggempurku dengan argumentasi lain untuk merubah pendirianku. Namun mungkin karena pendirianku kuat (cie.....3x), aku tetap bersikukuh tidak akan mengonsumsinya sekalipun tidak haram.
Singkat cerita, malam harinya, ia tampak sibuk dengan secarik kertas dan sebatang polpen  sambil duduk di depan sebuah meja kecil. Sebenarnya aku ingin menanyakan banyak hal yang dari tadi tersembunyi dalam otakku. Namun, tampaknya dia begitu serius dengan pekerjaan yang dilakoninya. Hal ini manambah panjang daftar pertanyaanku yang berawal dari rasa penasaran. Hm… tak usah menunggu, lebih baik ku tidur saja. Tengah malam aku terbangun, ku lihat Jimmy telah terlelap dalam keletihan yang amat sangat. Rasa penasaran itu sontak muncul, kupandangi meja kecil itu dan ku lihat sebuah surat tergeletak dengan penampilan yang sangat rapih. Kuraih pucuk surat itu dan perlahan tapi pasti kubaca dari awal, ah.. biasa-biasa saja. Hanya sebuah surat untuk orang tuanya. Tapi, tiba pada 1 kalimat, nadiku terasa terjepit, aliran darah seakan behenti, dan jantung berhenti berdetak. Ku baca, “Mama, Papa tercinta, ananda membutuhkan uang untuk membayar uang "smoking dan shopping" yang sangat mendesak dan sangat penting untuk perkuliahan ananda.”
Hebat.. hebat… rangkaian kata yang elok, intelek, tapi penuh ide busuk di dalamnya. Rangkaian kata yang indah namun memiliki makna bobrok di dalamnya. Inikah jalan mendapatkan kemudahan dan fasiltas mewah yang telah ada? Apakah omongan besar yang diumbar-umbar lahir dari kebohongan terhadap orang tua tercinta? Apakah harapan yang tinggi akan terwujud dengan jalan tak bersih seperti ini?
Sosok yang dulu aku banggakan telah sirna hanya dengan satu kalimat. Ya… hanya satu kalimat. Akhirnya ku meninggalkan segala upaya untuk meraih teladan darinya. Apa yang hendak ku teladani dari orang yang kepada orang tuanya sendiri kebohongan dan penipuan terang-terangan tercipta apalagi dengan kita atau saya yang bukan siapa-siapa??? Apa gunanya menjadi orang hebat di depan orang-orang, sedangkan di mata orang tua, kita hanya seorang pengemis intelek, pecundang, dan penghianat. 

Petiklah Hikmah Dari Cerita ini Bahwa:
"Tak selamanya orang yang kelihatan hebat dan mapan   itu betul-betul berasal dari jerih payahnya,, karena banyak orang yang mengutamakan penampilan walaupun harus menyusahkan orang lain, terutama orang tuanya. Pandangan Mata Bisa saja Menipu...."
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar