BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bahasa telah menjadi
suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan saat ini, serta dalam
keberlangsungan interaksi sosial seseorang dengan orang lain, seseorang dengan
kelompok, maupun kelompok dengan kelompok lain. Bahasa sebagai sarana
penyampaian pesan yang sangat penting.
Bahasa umumnya dibagi menjadi bahasa lisan maupun bahasa tulisan.
Bahasa lisan biasanya masih terpengaruh dengan dialek daerah masing-masing dan
strukturnya pun terkadang tidak diprioritaskan. Dengan kata lain, bahasa lisan
seringkali disebut bahasa tidak resmi, sedangkan bahasa tulisan terutama dalam
pembutan karya tulis ilmiah diharuskan menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar serta menggunakan kata-kata baku.
Pentingnya bahasa tulisan dalam pembuatan
karya tulis ilmiah, maka seharusnya kita mengetahui tentang alinea/paragraf terlebih
dahulu, mulai dari identifikasi-identifikasi alinea/pargraf, komposisinya,
sampai hal-hal lain yang terkait dengan materi ini.
Seringkali kita menemukan kesalahan-kesalahan dalam pembuatan
alinea/paragraf dan sering pula terjadi kerancuhan dalam penyusunan alinea yang
satu dengan alinea yang lainnya. Kesalahan ini sering kita temui dalam pembuatan
karya tulis ilmiah seperti makalah, laporan, dan sebagainya yang terjadi di
lingkungan kampus terlebih lagi di tingkat sekolah menengah. Oleh karena itu, kami
menyusun makalah alinea/paragraf ini agar kesalahan-kesalahan yang sering
terjadi dapat ditekan bahkan bila perlu ditiadakan. Langkah awalnya ialah
dengan memaparkan pembahasan alinea/paragraf di lingkungan kampus agar dalam
penyusunan karya tulis, kesalahan-kesalahan semacam itu bisa diminimalisir.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Paragraf
Paragraf
disebut juga alinea. Kata paragraf diserap dari Bahasa Inggris “paragraph”.yang
artinya paragraf sedangkan kata alinea dari Bahasa Belanda, dari kata Latin alinea
yang berarti “mulai dari baris yang baru”. Kata Inggris paragraf terbentuk dari
kata Yunani “para” yang berarti “Sebelum” ,dan “grafein” yang berarti, “Menulis
atau menggores”. Paragraf adalah suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang
lebih luas daripada kalimat. Ia merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang
bertalian dalam suatu rangkaian untuk menjelaskan suatu pikiran utama.(Tim
Pengajar Bahasa Indonesia Universitas Hasanuddin,1996:81). Paragraf mempunyai satuan gramatikal tertinggi atau
terbesar, berarti paragraf itu dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi
persyaratan gramatikal.
Persyaratan
gramatikal dalam paragraf dapat dipenuhi kalau dalam paragraf itu sudah terbina
yang disebut kekohesian yaitu adanya keserasian hubungan antara unsur-unsur
yang ada dalam paragraf tersebut. Dalam paragraf kalimat-kalimat harus disusun
dengan kohesi (kesatuan dalam paragraf) memiliki koherensi (keterpautan makna)
dan memiliki isi yang memadai sebagai pendukung gagasan utama dalam paragraf. Paragraf
yang baik biasanya berisi atau mempunyai pikiran utama yaitu topik yang
dikembangkan menjadi sebuah paragraf dan berfungsi sebagai pengendali
keseluruhan paragraf. Adapun ciri-ciri kalimat utama, yaitu : 1) mengandung
permasalahan yang potensial untuk dirinci dan diuraikan lebih lanjut, 2) merupakan
kalimat yang dapat berdiri sendiri, dan 3) mempunyai arti yang jelas tanpa
harus dihubungkan dengan kalimat lain. Ciri-ciri kalimat penjelas, yaitu: 1) dari
segi arti sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri, 2) kadang
arti kalimat baru jelas ketika dihubungkan dengan kalimat lain, dan 3) pembentukannya
sering membutuhkan kata sambung.
B. Ciri dan Fungsi
alinea/paragraf
Dalam
pembentukan paragraf kita harus memperhatikan ciri-ciri dan fungsi alinea/paragraf
agar lebih mudah diidentifikasi dan fungsi dari pembentukan paragraf tersebut
bisa dicapai. Ciri-ciri paragraf (Ello,2010, http://ellopedia.blogspot.com/2010/09/paragraf.html), antara lain:
1) Paragraf
menggunakan pikiran utama (gagasan utama) yang dinyatakan dalam kalimat topik;
2) Setiap
paragraf memiliki satu kalimat topik dan yang lainnya merupakan kalimat
penjelas; dan 3) Paragraf menggunakan pikiran penjelas (gagasan utama).
Fungsi paragraf,
yaitu :
1) mengekpresikan
gagasan tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan perasaan ke dalam
serangkaian kalimat yang tersusun secara logis, dalam suatu kesatuan;
2) menandai
peralihan (pergantian), gagasan baru bagi karangan yang terdiri dari beberapa
paragraf ganti (ganti pikiran);
3) memudahkan pemahaman bagi pembacanya;
4) memudahkan pengembangan topik karangan ke
dalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih kecil; dan
5) memudahkan pengendalian variabel terutama
karangan yang terdiri atas beberapa variabel.
C. Syarat-syarat
Pembentukan Alinea/Paragraf
Suatu paragraf dikatakan baik apabila
paragraf tersebut dapat memenuhi syarat-syarat paragraf yang baik yaitu
kesatuan, kepaduan, kelengkapan, keruntutan, dan konsitensi penggunaan sudut
pandang (Tim Pengajar Bahasa Indonesia Universitas Hasanuddin,1996:81).
1. Kesatuan Paragraf atau Kohesi
Untuk membentuk
kesatuan paragraf, kita harus memerhatikan bahwa setiap paragraf hanya berisi
satu pokok pikiran. Paragraf terdiri atas beberapa kalimat. Tetapi, seluruhnya
harus merupakan satu kesatuan, sehingga tidak ada kalimat sumbang yang tidak
mendukung kesatuan paragraf.
2. Kepaduan Paragraf
atau Koherensi
Suatu paragraf harus
memenuhi syarat kepaduan (koherensi). Satu paragraf dinyatakan padu apabila
paragraf tersebut dibangun dengan kalimat-kalimat yang memiliki hubungan atau
pikiran yang logis yang dapat menghasilkan kejelasan struktur dan makna
paragraf.
3. Masalah Kebahasaan
atau Gramatikal
Masalah kebahasaan
dapat dibangun melalui koherensi yaitu repetisi atau pengulangan kata kunci,
kata ganti, kata transisi dan bentuk paralel, yang dapat dijelaskan secara
singkat.
a.
Pengulangan Kata
Kunci atau Repetisi
Semua
paragraf dihubungkan dengan kata kunci atau sinonimnya. Kata kunci yang telah
disebut pada kalimat pertama diulang pada kalimat kedua dan kalimat seterusnya.
Pengulangan tersebut, mengakibatkan suatu paragraf menjadi padu, utuh dan
kompak. Bentuk pengulangannya dapat berupa pengulangan kata atau frasa, yang
diletakkan pada awal, tengah atau akhir kalimat.
b.
Kata Ganti
Kepaduan
suatu paragraf juga dapat dijalin dengan kata ganti (dia, -nya, mereka, ini,
itu dll). Dengan menggunakan kata ganti sebagai kepaduannya, maka bagian
kalimat yang lain yang sama tidak perlu diulang melainkan diganti dengan kata
ganti dia. Hal tersebut juga dapat mengurangi kejenuhan atau dapat membangun
variasi kalimat.
c.
Kata Transisi
atau Frasa Penghubung
Kata
transisi yaitu kata penghubung, konjungsi, perangkai, yang menyatakan adanya
hubungan. Dalam penggunaan kata transisi yang tepat dapat memadukan paragraf
sehingga keseluruhan kalimat dapat menjadi padu, menyatu dan utuh. Sesuai
dengan jenis hubungan yang ditujukan, pengguna bahasa dapat memilih kata-kata
atau frasa transisi berikut ini:
1) hubungan yang menyatakan pertentangan dengan
menggunakan kata/frasa tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun demikian,
sebaliknya, sama sekali tidak, meskipun, biarpun;
2) hubungan yang menyatakan akibat atau hasil akibatnya,
karena itu, oleh sebab itu, jadi, maka;
3) hubungan yang menyatakan pertambahan dengan
menggunakan kata/frasa lebih-lebih lagi, berikutnya, demikian juga, kemudian,
selain itu, lagipula, lalu, selanjutnya, tambahan, di samping itu, kedua,
ketiga, demikian juga;
4) hubungan yang menyatakan perbandingan dengan
menggunakan kata/frasa lain halnya, seperti, dalam hal yang sama, dalam hal yan
demikian, sebagaimana;
5) hubungan yang menyatakan tempat dengan
menggunakan kata/frasa berdekatan dengan itu, disini, seberang sana, tak jauh,
dari sana, di bawah, di atas;
6) hubungan yang menyatakan tujuan dengan
menggunakan kata/fras agar, untuk, guna, untuk maksud itu, supaya;
7) hubungan yang menyatakan waktu dengan menggunakan
kata/frasa baaru-baru ini, beberapa saat kemudian, mulai sebelum, segera,
sesudah, sejak, ketika;
8) hubungan yang menyatakan singkatan dengan
menggunakan kata/frasa singkatnya, ringkasnya, akhirnya, sebagai simpulan,
pendek kata.
d.
Bentuk Paralel
Bentuk paralel
atau kesejajaran yaitu bentuk-bentuk, artinya, bentuk kata yang sama,
repetisi/pengulangan bentuk kata/kalimat yang sama.
a)
Masalah Perincian
dan Urutan Hasil Alinea
(1) Kelengkapan dan
Ketuntasan
Kelengkapan
adalah kesempurnaan. Hal ini dapat diwujudkan dalam klasifikasi yaitu
pengelompokkan secara merata atau lengkap dan kentuntasan bahasan yaitu
kesempurnaan membahas materi secara menyeluruh dan utuh.
(2)
Konsistensi Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara penulis menempatkan diri
dalam karangannya. Penulis sering menggunakan aku seolah-olah menceritakan
dirinya sendiri. Kadang penulis menggunakan sudut pandang dia atau ia. Sekali
menggunakan sudut pandang tersebut harus menggunakannya secara konsisten dan
tidak boleh berganti sejak awal sampai akhir.
(3) Keruntutan
Keruntutan
adalah penyusunan urutan gagasan dalam karangan. Gagasan disajikan secara
beruntun, agar pembaca dapat dengan mudah memahami dan dapat menyenangkan
pembacanya..
D. Jenis-jenis Paragraf
Dalam
pembuatan karya tulis, kita sering menemukan perbedaan antara alinea/paragraf
yang satu dengan yang lainnya. Terkadang kita mengalami kesulitan dalam
mengidentifikasi jenis-jenis alinea/paragraf yang digunakan dalam setiap karya
tulis. Untuk memudahkan identifikasi dan penggunannya dalam karya tulis, kami
sajikan jenis-jenis alinea/paragraf beserta dengan contohnya (Ello,2010 http://ellopedia.blogspot.com/2010/09/paragraf.html).
1. Berdasarkan Letak
Kalimat Topiknya.
Berdasarkan letak kalimat topiknya paragraf
dibagi atas:
a. Paragraf Deduksi
Paragraf deduksi
artinya paragraf yang memiliki pikiran utama pada awal alinea, sedangkan
kalimat selanjutnya merupakan kalimat penjelas. Paragraf deduksi sering juga
disebut paragraf umum ke paragraf khusus. Contoh paragrafnya adalah paragraf
yang memiliki isi kalimat penjelas, uraian, analisis, contoh-contoh, keterangan
atau rincian kalimat topik.
Contohnya
:
"
Olahraga akan membuat badan kita menjadi sehat dan tidak mudah terserang
penyakit. Fisik orang yang berolahraga dengan yang jarang atau tidak pernah
berolahraga sangat jelas berbeda. Contohnya jika kita sering berolahraga fisik
kita tidak mudah lelah, sedangkan yang jarang atau tidak pernah berolahraga
fisiknya akan cepat lelah dan mudah terserang penyakit."
b. Paragraf Induksi
Paragraf induksi
(khusus ke umum) yaitu paragraf yang kalimat utamanya terletak pada akhir
kalimat. Artinya, kalimat-kalimat awal merupakan kaimat penjelas, sedangkan
kalimat akhir merupakan kalimat utamanya.
Contohnya:
" Pak
Sopian memiliki kebun kakao seluas 1 hektar. Tetangganya, Pak Gatot, juga
memiliki kebun kakao seluas 1 hektar. Adik Pak Gatot, Ali Bashya, malah
memiliki kebun kakao yangt lebih luas daripada kakaknya, yaitu 2,5 hektar.
Tahun ini merupakan tahun ketiga bagi mereka memanen kakao. Seperti mereka,
dari 210 penduduk petani di Desa Sriwaylangsep, 175 kepala keluarga berkebun
kakao. Maka, tidaklah heran apabila Desa Sriwaylangsep tersebut dikenal dengan
Desa Kakao.
c.
Paragraf Kombinasi (Deduksi-Induksi)
Kalimat utamanya
pada sebuah paragraf pada hakekatnya hanya memiliki satu kalimat utama. Tapi,
pada paragraf kombinasi, kalimat utamanya bisa terletak pada awal atau juga
bisa terletak pada akhir paragraf. Jika dikatakan kombinasi, karena jika
kalimat utamanya terletak pada awal kalimat, maka akan ditegaskan pada akhir
kalimat, begitu juga sebaliknya. Sehingga, paragraf ini sering disebut paragraf
deduktif-induktif.
"
Pemerintah menyadari bahwa rakyat Indonesia memerlukan rumah yang kuat,murah,
dan sehat. Pihak dari pekerjaan umum sudah lama menyelidiki bahan rumah yang
murah, tetapi kuat. Tampaknya bahan perlit yang diperoleh dari batuan gunung
beapi sangat menarik perhatian para ahli. Bahan ini tahan api dan air tanah.
Usaha ini menunjukan bahwa pemerintah berusaha membangun rumah yang kuat, murah
dan sehat untuk memenuhi kebutuhan rakyat."
d. Paragraf Penuh (Deskripsi)
Paragraf penuh
maksudnya paragraf penuh dengan kalimat topik, seluruh kalimat yang membangun
suatu paragraf sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus
menjadi kalimat topik. Paragraf ini sering dijumpai dalam uraian-uraian yang
bersifat deskriptif dan narasi terutama dalam karangan fiksi.
Contohnya:
"
Pagi hari itu aku berolahraga di sekitar lingkungan rumah. Dengan udara yang
sejuk dan menyegarkan. Di sekitar lingkungan rumah terdengar suara ayam
berkokok yang menandakan pagi hari yang sangat indah. Kuhirup udara pagi yang
segar sepuas-puasku."
2. Berdasarkan Sifat
Isinya (Bedasarkan Bentuk Pengembangannya)
a. Paragraf Argumentasi
Paragraf yang berusaha
mengungkapkan pendapat dan sikap penulis. Sikap dan pendapat penulis
diungkapkan dalam bentuk fakta. Ciri khas paragraf argumentasi terletak pada
pendapat yang disertai dengan alasan yang mendukung. Contohnya karya ilmiah,
makalah, skripsi, tesis dan disertasi.
Contoh : “Menurut
Ketua panitia, Derrys Saputra, mujur merupakan kegiatan rutin yang
diselenggarakan oleh HMTK untuk memilih ketua dan wakil HMTK yang baru.
Bersamaan dengan berakhirnya masa jabatan kepengurusan MHTK periode 2008 –
2009, maka sebagai penggantinya dilakukan mujur untuk memilih ketua dan wakil
HMTK yang baru untuk masa kepengurusan 2009 – 2010.”
b. Paragraf Persuasi
Paragraf
persuasi adalah paragraf yang isinya berupa ajakan yang mengajak pembaca dengan
mengemukakan alasan, contoh dan bukti yang kuat, untuk meyakinkan pembaca, atau
pendengar sehingga pembaca membenarkan dan mengikuti ajakan penulis. Contohnya
majalah, surat, surat kabar, radio, selebaran, kampanye dan lain-lain.
Contoh : “Marilah kita membuang sampah pada tempatnya, agar lingkungan
kita bebas dari banjir dan bebas dari penyakit yang disebabkan oleh sampah –
sampah yang di buang tidak pada tempatnya. Oleh karena itu, perlu kesadaran
pada diri kita masing – masing untuk membuang sampah pada tempatnya.
c. Paragraf Deskripsi/Deskriptif
Paragraf deskripsi
adalah paragraf yang melukiskan atau menggambarkan objek yang sedang
dibicarakan atau dituliskan sehingga pendengar atau pembaca seolah-olah melihat
objek yang sedang dibicarakan. Atau dengan kata lain paragraf deskripsi menaruh
harapan pada pembaca atau pendengar seolah-olah melihat keadaan peristiwa
tersebut secara langsung. Biasanya digunakan dalam karya sastra dan biografi
seseorang.
Contoh :“Rachmat
Djoko Pradopo lahir 3 November 1939 di Klaten, Jawa Tengah. Tamat SD dan SMP
(1955) di Klaten, SMA II (1958) di Yogyakarta. Masuk Jurusan Sastra Indonesia
Universitas Gadkah Mada, tamat Sarjana Sastra tahun 1965. pada tahun 1978
Rachmat mengikuti penataran sastra yang diselenggarakan oleh Pusat Bahasa
Jakarta bersama ILDEP dan terpilih untuk melanjutkan studi di Pascasarjana
Rijkuniversiteit Leiden, Nederland, tahun 1980 – 1981, di bawah bimbingan Prof.
Dr. A. Teeuw”.
d. Paragraf Eksposisi
Paragraf eksposisi
adalah paragraf yang bersifat memaparkan, menjelaskan, menerangkan, dan
menguraikan sesuatu. Jenis paragraf ini bertujuan untuk memperluas atau
menambah wawasan pembaca atau pendengar. Bentuk paragraf ini biasa dipakai
untuk memaparkan cara membuat sesuatu, cara menggunakan sesuatu. Contohnya
penulisan cara kerja sebuah mesin, cara mengkomsumsi obat-obatan dan
sebagainya.
Contoh : “Kini hadir mesin cuci dengan
desain bunga chrysant yang terdiri dari beberapa pilihan warna, yaitu pink
elegan dan dark red untuk ukuran tabung 15 kg. Disamping itu, mesin cuci dengan
bukaan atas ini juga sudah dilengkapi dengan LED display dan tombol-tombol yang
dapat memudahkan penggunaan. Adanya fitur I-sensor juga akan memudahkan proses
mencuci”.
e. Paragraf Narasi/Naratif
Paragraf narasi adalah
paragraf yang menceritakan kejadian atau peristiwa dari awal sampai akhir yang
dikaitkan dengan kurun waktu tertentu dalam bentuk perceritaan. Paragraf narasi
berusaha menceritakan atau menuliskan kejadian-kejadian yang ingin disampaikan
penulis berdasarkan urutan waktu. Biasanya digunakan dalam bentuk riwayat
hidup, novel, cerpen dan roman.
Contoh : “ Pada game pertama, Kido yang
bermain dengan lutut kiri dibebat mendapat perlawanan ketat Chai/Liu hingga
skor imbang 16 – 16. pada posisi ini, Kido/Hendra yang lebih berpengalaman
dalam berbagai kejuaraan memperlihatkan keunggulan mereka.”
3. Berdasarkan
posisi dan fungsinya dalam paragraf
a. Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka merupakan paragraf yang
berfungsi sebagai pengantar menuju masalah yang akan dibahas. Sebagai bagian
yang mengawali sebuah karangan. Paragraf pembuka harus dapat difungsikan untuk
mengantar pokok pembicaraan, menyiapkan pembaca untuk mengetahui isi seluruh
karangan. Bentuk-bentuk berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan menulis
paragraf pembuka, yaitu:
1) kutipan, pribahasa, anekdot atau cerita yang
lucu, singkat dan mengesankan;
2) uraian mengenai pokok pembicaraan;
3) sesuatu tantangan atas pendapat atau pernyataan
seseorang;
4) uraian tentang pengalaman pribadi;
5) uraian tentang maksud dan tujuan penulis;
6) sebuah pertanyaan;
7) memberikan latar belakang suasana atau watak;
8) melukiskan sejarah atau riwayat hidup seseorang;
9) memberi ringkasan isi karangan.
b. Paragraf Penghubung atau Pengembang
Merupakan paragraf yang bertujuan
mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang telah dirumuskan dalam
paragraf pembuka. Paragraf pengembang dalam karangan dapat difungsikan sebagai
berikut:
1) mengemukakan inti persoalan;
2) memberi ilustrasi dan contoh;
3) menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf
berikutnya;
4) meringkaskan paragraf berikutnya;
5)
mempersiapkan dasar atau landasan bagi simpulan.
c. Paragraf Penutup
Merupakan paragraf yang berfungsi
mengakhiri bagian suatu karangan atau seluruh karangan. Paragraf ini biasanya
berisi simpulan atau saran atau bahkan penegasan kembali paragraf pembukanya.
Paragraf penutup harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1) Sebagai paragraf penutup, maka paragraf ini tidak
boleh terlalu panjang
2) Isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau
simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian
E.
Asas-asas Paragraf Yang Baik.
Dalam
mengelola paragraf yang baik perlu menerapkan asas yang berkenan dengan
gagasan. Keenam asas tersebut menyangkut tantatan dalam menyampaikan gagasan.
Keenam asas dalam menuangkan gagasan dalam paragraf, adalah sebagai berikut :
1.
Kejelasan
Kejelasan berarti sifat
tidak samar-samar sehingga tiap butir fakta atau pendapat yang ditemukan
seakan-akan tampak nyata oleh pembaca. Karangan tersebut mudah ditafsir dan tak
mungkin disalah tafsirkan.
2.
Keringkasan
Keringkasan berarti
karangan tersebut tidak pendek atau singkat, melainkan bahwa karangan itu tidak
berboros kata, tidak berlebih-lebihan dengan ungkapan, tidak mengulang-ulang
butir ide yang sama, tidak berputar-putar dalam menyampaikan gagasan.
Keringkasan berarti menggunakan kalimat efektif dalam penulisannya.
3.
Ketepatan
Ketepatan berarti bahwa
karangan dapat menyampaikan butir-bitur pengetahuan kepada pembaca dengan
kecocokan sepenuhnya seperti maksud penulis. Ketepatan juga meliputi ketepatan
menaati aturan tata bahasa, ejaan, tanda baca, peristilahan, kelaziman bahasa,
dan sebagainya.
4.
Kesatupaduan
Artinya segala sesuatu
yang disajikan dalam karangan harus berkisar, bergayutan dan relevan pada suatu
gagasan pokok atau pikiran utama karangan. Kalimat-kalimat dalam paragraf harus
padu dan tidak mengalami kerancuhan agar topik yang dijelaskan sesuai dengan
maksud dan tujuan yang akan disampaikan.
5.
Pertautan
Pertautan atau
koherensi merupakan asas yang menghendaki agar ada saling kait antara kalimat
dalam paragraf dan antarparagraf. Pertautan menghendaki agar jangan sampai ada
kata atau frasa yang tidak jelas rujukannya.
6.
Harkat
Harkat merupakan asas yang menghendaki agar karangan
benar-benar berbobot. Kita harus menerapkan hukum DM atau diterangkan
menerangkan. Dalam membangun paragraf, dikembangkan dengan satu (D) dan jumlah
yang memadai atau yang lengkap.
F. Pengembangan Paragraf
Pengembangan
paragraf dapat dilakukan dengan berbagai cara menyesuaikan karya tulis yang
akan dibuat. Pengembangan paragraf dalam pembuatan novel berbeda dengan
pengembangan paragraf dalam membuat laporan, jurnal, atau jenis karya tulis
lainnya. (Sugito Martodiwiryo, 2009 http://jhonyirwanto.blogspot.com/)
1. Cara Pertentangan
Pengembangan paragraf dengan cara pertentangan
biasanya menggunakan ungkapan. Ungkapan seperti berbeda dengan, sedangkan ,
lain halnya dengan , akan tetapi , dan bertolak belakang dari.
Contoh :
Kekuatan tim
sepakbola Chelsea yang berasal dari Inggris kini sangat jauh berbeda dari Chelsea
pada jaman 2000an. Dimana dengan Chelsea yang sekarang , mereka lebih memiliki
kulitas tim dan pemain yang berhasil juara dan menjadi tim yang patut di segani
di kawasan Inggris maupun Eropa.
2. Cara Perbandingan
Pengembangan paragraf dengan cara perbandingan
biasa menggunakan ungkapan seperti seruan dengan, seperti halnya, demekian juga,
sama dengan, sejalan dengan ,akan tetapi , sedangkan , dan sementara itu.
Contoh :
‘Kereta!’. Begitulan seruan buat
sepeda motor di daerah Aceh. Seperti halnya di Aceh, di Medan pun menggunakan
seruan kereta untuk menyebut sepeda motor. Akan tetapi, di lampung, jambi, di
sana menyebut sepeda motor itu dengan nama Honda. Lain halnya dengan kota kota
di jawa yang menyebutnya dengan motor.
3. Cara Analogi
Analogi adalah bentuk pengungkapan suatu
objek yang di jelaskan dengan objek lain yang memiliki kesamaan atau kemiripan.
Contoh :
Suatu
persahabatan harus terjalin hubungan yang terikat erat dan tidak saling
membohongi satu sama lainnya. Ibaratnya untuk tidak seperti musang berbulu
domba. Harus saling menjaga kepercayaan masing masing.
4. Cara Contoh
Kata seperti, misalnya, contonya, dan
lain lain adalah ungkapan ungkapan dalam pengembangan dalam mengembangkan paragraf
dengan contoh.
Contoh :
Setiap manusia membutuhkan banyak
vitamin C. Vitamin C itu sendiri banyak terkandung di buah buahan. Buah buahan
yang banyak mengandung vitamin C, contohnya jeruk, jambu biji, mangga dan
banyak lainnya.
5.
Cara Sebab
Akibat
Pengembangan paragraf dengan cara sebab
akibat dilakukan jika menerangkan suatu kejadian, baik dari segi penyebab
maupun dari segi akibat.
Contoh :
Seharusnya
Negara kita, Indonesia bisa dan harusnya lebih maju di bandingkan Negara Negara
lain di Asia tenggara dalam bidang sepakbola. Padahal kita memiliki kualitas
pemain yang tak kalah bagusnya dari Negara lain. Akibatnya kita masih kalah
dengan Thailand yang padahal liga sepakbola lokalnya kalah jauh dari Negara
kita. Oleh karena itu kita perlu mengoreksi diri demi memajukkan sepakbola kita.
6.
Cara Definisi
Adalah, yaitu, ialah, merupakan adalah
kata kata yang di gunakan dalam
Mengembangkan paragraf dengan cara definisi.
Mengembangkan paragraf dengan cara definisi.
Contoh :
Adik saya
seorang gamer. Gamer itu sndiri adalah pemain game, atau bisa di bilang maniak
nge game. Jadi gamer itu merupakan orang yang selalu atau senang memainkan game
di computer atau playstation sejenisnya.
7.
Cara
Klasifikasi
Cara klasifikasi adalah pengembangan paragraf
melalui pengelompokan berdasarkan ciri ciri tertentu.
Contoh :
Uang palsu banyak
beredar di pasaran di mana mana sekarang ini. Hal ini dengan hampir mirip dan
tidak berbeda jauh dengan aslinya. Oleh karena itu kita harus pintar dalam
memilih dan mengetahui perbedaan yang mana asli dan yang palsu dengan di bagi 3
cara. Tiga cara tersebut yaitu di lihat, diraba, dan diterawang. Kita berharap
agar tidak banyak terjadi penipuan uang palsu.
G. Pola Pengembangan Paragraf
Yang dimaksud dengan pola pengembangan
adalah bentuk pengembangan kalimat utama ke dalam kalimat-kalimat penjelas. (Sri Utami, 2009 http://www.sentra-edukasi.com/2009/09/pola-pengembangan-paragraf.html)
a. Pola Pengembangan Paragraf
Rincian
Ada
beberapa cara untuk mengatasi banjir di Jakarta. Pertama, dengan memperbaiki
sistem pembuangan limbah industri dan rumah tangga. Kedua, membuat sumur
serapan yang mampu menyerap air hujan yang menggenang di tanah. Ketiga,
membersihkan sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) dari sampah-sampah yang
bertumpukan. Keempat, membantu
pemerintah dalam mensosialisasikan program penanganan banjir tersebut.
B. Pola Pengembangan Paragraf Sebab-Akibat
Gelombang
tsunami dahsyat melanda Aceh dan Sumatera Utara. Bangunan dan fasilitas kota
sebagian besar hancur. Gedung-gedung pemerintahan maupun swasta ikut hancur. Ratusan
ribu orang meninggal dan hilang yang sampai saat ini belum diketahui jelas
nasibnya. Hal ini membuat keluarga korban berteriak histeris karena kehilangan
sanak keluarga mereka.
C. Pola Pengembangan Paragraf Akibat-Sebab
Kedisplinan
dan sopan santun para pengendara di jalan raya rendah. Jumlah dan aneka jenis
kendaraan yang sangat banyak dan tuntutan aktivitas masyarakat mulai dari
perkantoran hingga aktivitas sekolahan serta fasilitas jalanan yang belum
memadai. Hal-hal seperti itulah yang menyebabkan kemacetan di Jakarta terus
terjadi dan sulit diatasi.
d. Pola Pengembangan Paragraf Analogi
Kemajuan
di bidang ekonomi dan kesejahteraan rakyat Indonesia tidak berbeda dengan
kereta api bermesin uap yang menarik puluhan gerbong dengan muatan yang sangat berat.
Hal ini menyebabkan kereta api berjalan sangat lambat karena kemampuan tidak
sesuai dengan muatan yang dibawa. Begitu pula dengan perekonomian dan
kesejahteraan rakyat Indonesia. Luas wilayah Indonesia yang sangat besar dan
kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kurang berkualitas menyebabkan
pertumbuhan ekonomi berjalan dengan sangat lambat.
e. Pola Pengembangan Paragraf Perbandingan
Ada
perbedaan yang mencolok antara murid yang rajin dan murid yang malas. Murid
yang rajin sangat memperhatikan tugas-tugas yang diberikan, aktif dalam kelas,
dan memiliki prestasi yang baik. Sedangkan, murid yang malas cenderung
mengabaikan tugas-tugasnya, pasif dalam proses pembelajaran, dan umumnya prestasinya
buruk.
f. Pola Pengembangan Paragraf Generalisasi
Remaja
zaman sekarang lebih mendambakan dan menghargai kebebasan. Remaja Indonesia pun
tidak terlepas dari pola dan gaya hidup seperti itu. Pola hidup barat seakan
menjadi kiblat mereka baik dalam aspek mode, desain, pakaian, kebiasaan, dan
hiburan. Mereka seakan melupakan identitas mereka sebagai remaja Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Paragraf
adalah suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih luas daripada kalimat.
Ia merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian
untuk menjelaskan suatu pikiran utama. Ciri-ciri paragraf, yaitu: 1) Paragraf
menggunakan pikiran utama (gagasan utama) yang dinyatakan dalam kalimat topik; 2)
Setiap paragraf memiliki satu kalimat topik dan yang lainnya merupakan kalimat
penjelas; dan 3) Paragraf menggunakan pikiran penjelas (gagasan utama). Fungsi
paragraf, yaitu : 1) mengekpresikan gagasan tertulis; 2) menandai peralihan
(pergantian); 3) memudahkan pemahaman bagi pembacanya; 4) memudahkan
pengembangan topik karangan ke dalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih
kecil; dan 5) memudahkan pengendalian variabel terutama karangan yang terdiri
atas beberapa variabel. Adapun Jenis-jenis paragraf dibagi berdasarkan letak
kalimat topiknya, berdasarkan posisi dan fungsinya dalam paragraph, dan berdasarkan
sifat isinya (Bedasarkan bentuk pengembangannya). Pengembangan paragraf dalam
pembuatan karya tulis harus disesuaikan dengan karya tulis yang akan dibuat
agar karya tulis tersebut memenuhi syarat dan fungsinya dengan menggunakan
paragraf yang baik dan benar.
B.
Saran
ü Para pelajar maupun mahasiswa hendaknya lebih
memperhatikan kaidah-kaidah penggunaan bahasa Indonesia dalam setiap lini
kehidupan, baik di lingkungan sekolah, kampus, maupun di lingkungan masyarakat
ü Hendaknya dalam penulisan atau pembuatan suatu karya
disertakan sumber-sumber rujukan agar memudahkan dalam kegiatan pengutipan
hasil karya orang lain
ü Kepada para pembaca agar memahami isi makalah yang
disajikan agar dapat diaplikasikan dalam proses perkuliahan agar
kesalahan-kesalahan yang telah terindentifikasi bisa diminimalisir atau bahkan
ditiadakan.
Daftar
Pustaka
Diperoleh dari laman (http://ellopedia.blogspot.com/2010/09/paragraf.html).
Pola Pengembangan Paragraf Diperoleh dari laman (http://www.sentra-edukasi.com/2009/09/pola-pengembangan-paragraf.html).
Bahasa Indonesia (Paragraf /
Alinea), 2009 Diperoleh dari laman (http://jhonyirwanto.blogspot.com/).
Tim pengajaran bahasa indonesia Unhas.1996.Modul Himpunan Materi
Mata Kuliah Bahasa Indonesia. Makassar: Unhas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar