Kaifa Haluuk????

Dunia Maya Tanpa Batas.... Tapi Ingat, Apa Yang Anda Lakukan Akan diminta Pertanggungjawabanx...

Amar Ma'ruf Nahi Mungkar!!!

Kamis, 03 Januari 2013

Tunduk VS Angkuh

    Sebuah kisah yang kembali tertoreh ketika Aku dalam dalam sebuah perjalanan panjang, di bawah guyuran hujan yang bagi sebagian orang merupakan umpatan sekaligus berkah. Umpatan karena guyuran hujan akan membuat kesibukan mereka terganggu, bahkan sampe jadwal di cancel sana sini. Ini alasan orang-orang ini menyalahkan sang hujan. Hujan pula yang menjadi berkah bagi sebagian orang yang memang menyadari, guyuran air inilah yang mampu membuat tanah yang kering menjadi basah dan hidup kembali laksana hati yang kering mendapatkan setetes cinta.
      Kembali ke kisah yang telah tertoreh, ini mengenai kisah yang membuat hatiku perih dan seketika itu pula membuatku berlinangan air mata. Kisah yang membuat hati pilu melihat ketidakberdayaan si pedagang keliling menghadapi sang Pengendara motor cross.
     Awal melihat kejadian itu, aku hanya menyaksikan dengan pandangan yang setengah jelas, kabur diakibatkan kaca motorku yang dipenuhi titik-titik air yang hinggap dari sisi guyuran hujan. Tampak oleh mataku dua sosok yang sedang bersitegang di pertigaan yang sering kulalui ketika hendak bertemu keluargaku tercinta di kota Daeng. Sebenarnya tak pantas dikatakan keduanya bersitegang, karena tampak salah seorang dari mereka menampakkan wajahnya yang sangar, bengis, bahkan bisa lebih mengerikan dari itu. Di lain pihak, wajah lawannya ini malah tertunduk, diam, bahkan hampir memperlihatkan wajah orang yang tak mampu mengatakan sepatah katapun ketika berhadapan dengan bos atau atasannya.
     Pemandangan ini membuatku bertanya-tanya, sedang apa mereka. Sang pengendara motor cross itu meletakkan motor kesayangannya agak ke tengah pertigaan sehingga hampir menghalangi jalan orang-orang yang hendak melintas di jalan itu. Orang ini kemudian mendekati si pedagang keliling tetap dengan wajah bengisnya yang seakan hendak menerkam si pedangang keliling.
    Si pedagang keliling ini tetap saja mempertahankan posisinya dengan agak menunduk sambil menggiring motor sederhananya yang penuh dagangan sedikit demi sedikit ke pinggiran jalan raya. Wajahnya terus tertunduk seakan tak ingin melihat wajah sang Pengendara motor cross, yang siap menerkamnya dengan ribuan cacian yang siap menghujat hatinya hingga hancur berkeping-keping. Namun untungnya, kejadian itu hanya terjadi tak lebih dari 1 menit. Sang pengendara motor dengan angkuhnya mengendarai motornya berlalu melintasi si Pedagang keliling dengan mata yang tetap menajam.
    Banyak pertanyaan yang mengusik pikiranku atas kejadian yang sepintas lalu itu. Apa yang terjadi? Siapakah yang salah? Bagaimana keduanya bisa terjebak di situasi itu di tempat yang ramai dilalu orang-orang? Apa mungkin si Pedagang keliling ini telah melakukan kejahatan? Atau karena Si Pedagang itu menabrak motor yang menjadi kebanggaan sang Pengendara motor?
    Entahlah mana yang benar, yang sangat jelas bahasa tubuh dari keduanya terekam dalam hatiku yang membuatku mengambil kesimpulan sendiri yang akhirnya mengantarkan cucuran air mataku. Dalam rekaman di benakku, orang kecil selalu tak berdaya ketika berhadapan dengan orang yang berkedudukan atau mungkin memiliki harta yang mereka banggakan. Seakan kekayaan dan kekuasaan itu mampu menjadi tameng dan jaminan bagi mereka untuk berlaku sombong dengan makhluk lain. Apakah dunia akan terus seperti ini yang diisi dengan banyak keangkuhan hanya karena kebanggaan akan sesuatu yang tak berarti di hadapan Tuhan?? 
    Kalaupun ada izin untuk sombong, hanya Tuhan yang bisa mendapatkannya bahkan tanpa izin sebelumnya. Sedangkan kita yang hanya berasal dari sesuatu yang kotor, apa yang kita banggakan? Toh ketika ajal telah datang, roh berpisah dari jasadnya, dan ketika saatnya kembali ke sang Maha Pencipta, kita akan kembali menjadi tanah. Menjadi sesuatu yang tak lagi diperhitungkan melainkan hanya amal dan nama yang tetinggal. Sadarlah, semuanya hanya sementara, tak pantas kita memonopoli sesuatu dan melupakan bahwa berbagilah yang membuat kita hidup dan menikmati kehidupan. Wallahu'alam..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar