BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Dewasa ini, aspek agama mulai terlupakan. Berbagai pengamalan –
pengamalan agama mulai diabaikan, bahkan hal – hal pokoknya hampir tidak
diketahui jelas perbedaannya dengan hal – hal yang merupakan cabang –
cabangnya. Inilah yang menyebabkan mundurnya peradaban islam yang gemilang di
masa Rasulullah, khulafaurrasyidin, dan kekhalifan islam.
Tujuan kami dalam menyusun makalah ini, untuk memberikan refensi
kepada para pembaca mengenai hal – hal yang berkenaan dengan dua kalimat
syahadat dan rukun iman yang amat penting diketahui oleh seluruh umat islam dan
tidak boleh ada perbedaan pandangan dalam kedua hal ini.
Kami berharap dengan penyusunan makalah ini, berbagai perbedaan
tersebut dapat ditekan atau bahkan dihilangkan demi menciptakan umat islam yang
lebih bermartabat dan memahami agamanya seutuhnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Makna
Dua Kalimat Syahadat
1.
Makna
La Ilaha Illallah
Rujukan : Kitab Tauhid li Shafil Awwal hal. 45
Makna syahadat
la ilaha illallah adalah meyakini bahwa tidak ada yang berhak mendapatkan
ibadah kecuali Allah, konsisten dengan pengakuan itu dan mengamalkannya. La
ilaha menolak keberhakan untuk diibadahi pada diri selain Allah, siapapun
orangnya. Sedangkan illallah merupakan penetapan bahwa yang berhak diibadahi hanyalah
Allah. Sehingga makna kalimat ini adalah la ma’buda haqqun illallah atau tidak
ada sesembahan yang benar selain Allah. Sehingga keliru apabila la ilaha
illallah diartikan tidak ada sesembahan/tuhan selain Allah, karena ada yang
kurang. Harus disertakan kata ‘yang benar’ Karena pada kenyataannya sesembahan
selain Allah itu banyak. Dan kalau pemaknaan ‘tidak ada sesembahan selain
Allah’ itu dibenarkan maka itu artinya semua peribadahan orang kepada apapun
disebut beribadah kepada Allah, dan tentu saja ini adalah kebatilan yang sangat
jelas.
Kalimat syahadat ini telah mengalami penyimpangan penafsiran
di antaranya adalah :
·Pemaknaan la ilaha illalah dengan ‘la ma’buda illallah’
tidak ada sesembahan selain Allah, hal ini jelas salahnya karena yang disembah
oleh orang tidak hanya Allah namun beraneka ragam
·Pemaknaan la ilaha illallah dengan ‘la khaliqa illallah’
tidak ada pencipta selain Allah. Makna ini hanya bagian kecil dari kandungan la
ilaha illallah dan bukan maksud utamanya. Sebab makna ini hanya menetapkan
tauhid rububiyah dan itu belumlah cukup.
·Pemaknaan la ilaha illallah dengan ‘la hakimiyata illallah’
tidak ada hukum kecuali hukum Allah, maka inipun hanya sebagian kecil maknanya
bukan tujuan utama dan tidak mencukupi.
Sehingga penafsiran-penafsiran di
atas adalah keliru. Hal ini perlu diingatkan karena kekeliruan semacam ini
telah tersebar melalui sebagian buku yang beredar di antara kaum muslimin.
Sehingga penafsiran yang benar adalah sebagaimana yang sudah dijelaskan yaitu :
‘la ma’buda haqqun illallah’ (tidak ada sesembahan yang benar selain Allah)
2.
Makna
Muhammad Rasulullah
Rujukan : Kitab Tauhid li Shafil Awwal hal. 46
Rujukan : Kitab Tauhid li Shafil Awwal hal. 46
Sedangkan makna
syahadat anna Muhammadar rasulullah adalah mengakui secara lahir dan batin bahwa
beliau adalah hamba dan utusan-Nya yang ditujukan kepada segenap umat manusia
dan harus disertai sikap tunduk melaksanakan syari’at beliau yaitu dengan
membenarkan sabdanya, melaksanakan perintahnya, menjauhi larangannya dan
beribadah kepada Allah hanya dengan tuntunannya.
B. Rukun dan Syarat Syahadat
Rujukan : Kitab Tauhid li Shafil Awwal hal. 46-48
Rujukan : Kitab Tauhid li Shafil Awwal hal. 46-48
La ilaha
illallah terdiri dari dua rukun : nafi/penolakan, yaitu yang terkandung di
dalam la ilaha dan itsbat/penetapan, yaitu yang terkandung dalam illallah. Maka
dengan la ilaha dihapuslah segala bentuk kesyirikan dan mengharuskan
mengingkari segala sesembahan selain Allah. Sedangkan dengan illallah maka
ibadah hanya boleh ditujukan kepada Allah dan harus tunduk melaksanakannya.
Ayat-ayat yang mengungkapkan dua rukun ini banyak, di antaranya adalah firman
Allah tentang ucapan Nabi Ibrahim, “Sesungguhnya aku berlepas diri dari semua
sesembahan kalian, selain (Allah) yang telah menciptakan diriku.” (QS.
az-Zukhruf : 26).
Sedangkan
rukun syahadat anna Muhammad rasulullah ada dua yaitu ; pernyataan bahwa beliau
adalah hamba Allah dan sebagai rasul-Nya. Beliau adalah hamba, maka tidak boleh
diibadahi dan diperlakukan secara berlebihan. Dan beliau adalah rasul maka
tidak boleh didustakan ataupun diremehkan. Beliau membawa berita gembira dan
peringatan bagi seluruh umat manusia.
Syarat-syarat
la ilaha illallah adalah :
·Mengetahui maknanya, lawan dari
bodoh
·Meyakininya, lawan dari ragu-ragu
·Menerimanya, lawan dari menolak
·Tunduk kepadanya, lawan dari membangkang
·Ikhlas dalam beribadah, lawan dari
syirik
·Jujur dalam mengucapkannya, lawan
dari dusta
·Mencintai isinya dan tidak
membencinya
Syarat-syarat anna Muhammadar rasulullah adalah :
·
Mengakui
risalahnya secara lahir dan batin
·
Mengucapkan
dan mengakuinya dengan lisan
·
Mengikutinya,
yaitu dengan mengamalkan kebenaran yang beliau bawa dan meninggalkan kebatilan
yang beliau larang
·
Membenarkan
beritanya, baik yang terkait dengan perkara gaib di masa silam atau masa depan
·
Mencintai
beliau lebih dalam daripada kecintaan terhadap diri sendiri, harta, anak, orang
tua dan seluruh umat manusia
·
Menjunjung
tinggi sabdanya di atas semua ucapan manusia dan mengamalkan sunah/tuntunannya
C. Konsekuensi Syahadatain
Rujukan : Kitab Tauhid li Shafil Awwal hal. 50 dengan sedikit perubahan dan penambahan
Rujukan : Kitab Tauhid li Shafil Awwal hal. 50 dengan sedikit perubahan dan penambahan
Konsekuensi syahadat la ilaha
illallah adalah meninggalkan segala bentuk peribadahan dan ketergantungan hati
kepada selain Allah. Selain itu ia juga melahirkan sikap mencintai orang yang
bertauhid dan membenci orang yang berbuat syirik. Sedangkan konsekuensi
syahadat Muhammad Rasulullah adalah menaati Nabi, membenarkan sabdanya,
meninggalkan larangannya, beramal dengan sunnahnya dan meninggalkan bid’ah,
serta mendahulukan ucapannya di atas ucapan siapapun. Selain itu, ia juga melahirkan
sikap mencintai orang-orang yang taat dan setia dengan sunnahnya dan membenci
orang-orang yang durhaka dan menciptakan perkara-perkara baru dalam urusan
agama yang tidak ada tuntunannya.
D.
Keutamaan dua
kalimat syahadat
Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda, "Siapa yang bersaksi bahwa tiada Ilah (yang
berhak diibadahi) kecuali Allah yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya; dan bahwa
Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya; dan bahwa Isa adalah hamba Allah,
Rasul-Nya, dan kalimat-Nya yang sampaikan kepada Maryam serta ruh dari-Nya; dan
bersyahadat pula bahwa surga dan neraka adalah benar adanya, maka Allah akan
memasukkannya ke dalam surga, seberapapun amal yang sudah diperbuatnya."
(Muttafaq 'Alaih)
Dan dalan
Shahih Muslim dan lainnya, hadits marfu' dari Utsman radliyallah 'anhu,
مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
"Barangsiapa
yang meninggal sedangkan dia mengetahui makna La Ilaha Illallah pasti masuk
surga." (HR. Muslim)
Dari Abu
Hurairah radliyallah 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ لَا يَلْقَى اللَّهَ بِهِمَا عَبْدٌ غَيْرَ
شَاكٍّ فِيهِمَا إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ
"Saya
bersaksi bahwa tiada tuhan (yang berhak diibadahi) selain Allah dan aku adalah
utusan Allah, tiada-lah seorang hamba bertemu Allah (meninggal dunia) dengan
membawa keduanya tanpa ada keraguan sedikitpun pasti ia akan masuk surga."
(HR. Muslim)
Dari 'Ubadah
bin al Shamit radliyallah 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang bersaksi bahwa tiada tuhan
(yang berhak diibadahi) selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, maka
Allah mengharamkan neraka atasnya." (HR. Muslim)
Hadits-hadits di atas menunjukkan
bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mencukupkan dua kalimat
syahadat untuk para sahabat. Yaitu untuk mengucapkannya, mengamalkan arahannya,
lalu melaksanakan konsekuensinya berupa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan
melaksanakan segala macam ibadah, selalu mentauhidkan Allah 'Azza wa Jalla,
dan menjauhi berbagai tradisi syirik. Inilah makna ucapannya, Laa
Ilaaha Illallaah. Sedangkan ikrarnya "Muhammad Rasulullah"
mengharuskannya taat kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan
mengikutinya.
Nabi shallallahu
'alaihi wasallam mencukupkan dua kalimat syahadat untuk para sahabat.
Yaitu untuk mengucapkannya,
mengamalkan arahannya, lalu melaksanakan konsekuensinya berupa taat kepada
Allah dan Rasul-Nya, dan melaksanakan segala macam ibadah, selalu mentauhidkan
Allah 'Azza wa Jalla, dan menjauhi berbagai tradisi
syirik.
E. Syahadat Pun Bisa Batal
Dua kalimat syahadat yang telah
dipersaksikan oleh seseorang bisa saja batal jika ia melakukan amalan-amalan
yang bisa membatalkannya. Amal-amalan tersebut bisa berupa perkataan,
perbuatan, keyakinan, atau keraguan. Banyak amalan yang bisa membatalkan dua
kalimat syhadat sehingga perlu diketahui dan diwaspadai. Perlu pembahasan
tersendiri untuk membahas tentang pembatal-pembatal syahadat.
Demikian pembahasan yang singkat
ini. Semoga Allah menjaga kita dari kemunafikan dan kekafiran. Dan semoga kita
bisa beribadah ikhlas karena Allah semata dan bisa mengikuti tuntunan Nabi-Nya shallallahu
‘alaihi wa sallam.
F. Rukun Iman
Banyak sekali dalil
mengenai keenam rukun Iman ini, baik dari segi Al-Qur’an maupun As-Sunnah.
Diantaranya adalah firman Alloh Ta’ala:
”Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Alloh,
hari kemudian, malaikat-malaikat, dan nabi-nabi…” (Al-Baqoroh:177)
”Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut qadar
(ukuran).” (Al-Qomar: 49)
Rosululloh sholallohu
‘alaihi wa sallam juga telah menjelaskan dasar-dasar keimanan yang terangkum
dalam enam hal yang dikenal dengan rukun iman – ketika beliau ditanya oleh
Jibril tentang iman, beliau sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Iman adalah
engkau beriman kepada Alloh, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para
Rosul-Nya, hari akhir dan takdir seluruhnya yang baik dan buruk. (HR. Bukhori
& Muslim)
1.
Iman
kepada Allah Subhanallohu
wa Ta’ala
Kita mengimani Rububiyah Allah Subhanahu
Wa Ta’ala, artinya bahwa Allah adalah Rabb: Pencipta, Penguasa dan
Pengatur segala yang ada di alam semesta ini. Kita juga harus mengimani
uluhiyah Allah Subhanahu Wa Ta’ala artinya Allah adalah
Ilaah (sembahan) Yang hak, sedang segala sembahan selain-Nya adalah batil.
Keimanan kita kepada Allah belumlah lengkap kalau tidak mengimani Asma’ dan Sifat-Nya,
artinya bahwa Allah memiliki Nama-nama yang maha Indah serta sifat-sifat yang
maha sempurna dan maha luhur.
Dan kita mengimani keesaan Allah Subhanallohu
wa Ta’aladalam hal itu semua, artinya bahwa Allah Subhanallohu wa
Ta’ala tiada sesuatupun yang menjadi sekutu bagi-Nya dalam rububiyah,
uluhiyah, maupun dalam Asma’ dan sifat-Nya.
Firman Allah Subhanahu
Wa Ta’ala, yang artinya: “(Dia adalah) Tuhan seluruh langit dan bumi
serta semua yang ada di antara keduanya. Maka sembahlah Dia dan berteguh
hatilah dalam beridat kepada-Nya. Adakah kamu
mengetahui
ada sesuatu yang sama dengan-Nya (yang patut disembah)?”. (QS. Maryam: 65)
Dan firman Allah, yang artinya: “Tiada sesuatupun yang serupa dengan-Nya. Dan Dia-lah yang maha mendengar lagi Maha melihat”. (QS. Asy-Syura:11)
Dan firman Allah, yang artinya: “Tiada sesuatupun yang serupa dengan-Nya. Dan Dia-lah yang maha mendengar lagi Maha melihat”. (QS. Asy-Syura:11)
2.
Iman Kepada Malaikat
Bagaimana kita mengimani para malaikat ? mengimani para malaikat
Allah yakni dengan meyakini kebenaran adanya para malaikat Allah Subhanahu
Wa Ta’ala. Dan para malaikat itu, sebagaimana firman-Nya, yang
artinya: ”Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang
dimuliakan, tidak pernah mereka itu mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka
mengerjakan perintah-perintah-Nya.” (QS. Al-anbiya: 26-27)
Mereka diciptakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, maka mereka
beribadah kepada-Nya dan mematuhi segala perintah-Nya. Firman Allah Subhanahu
Wa Ta’, yang artinya: ” …Dan malaikat-malaikat yang disisi-Nya mereka
tidak bersikap angkuh untuk beribadah kepada-Nyadan tiada (pula) merasa letih.
Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya. “ (QS.
Al-Anbiya: 19-20).
3. Iman Kepada Kitab Allah
Kita
mengimani bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menurunkan kepada
rasul-rasul-Nya kitab-kitab sebagai hujjah buat umat manusia dan sebagai
pedoman hidup bagi orang-orang yang mengamalkannya, dengan kitab-kitab itulah
para rasul mengajarkan kepada umatnya kebenaran dan kebersihan jiwa mereka dari
kemuysrikan. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’, yang artinya: ”Sungguh,
kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan
telah kami turunkan bersama mereka Al-kitab dan neraca (keadilan) agar manusia
melaksanakan keadilan… “ (QS. Al-Hadid: 25)
Dari
kitab-kitab itu, yang kita kenal ialah :
·
Taurat, yang Allah turunkan kepada nabi Musa alaihi sallam,
sebagaimana firman Allah dalam QS Al-Maidah: 44.
·
Zabur, ialah kitab yang diberikan Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada
Daud alaihi sallam.
·
Injil, diturunkan Allah kepada nabi Isa, sebagai pembenar dan pelengkap
Taurat. Firman Allah : ”…Dan Kami telah memberikan kepadanya (Isa) injil
yang berisi petunjuk dan nur, dan sebagai pembenar kitab yang sebelumnya yaitu
Taurat, serta sebagai petunjuk dan pengajaran bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS
: Al-Maidah : 46)
·
Shuhuf, (lembaran-lembaran) yang diturunkan kepada nabi Ibrahim dan Musa, ‘Alaihimas-shalatu
Wassalam.
·
Al-Quran, kitab yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala turunkan
kepada Nabi Muhammad shalallohu ‘alahi wa sallam, penutup para nabi.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang artinya: ” Bulan Ramadhan
yang diturunkan padanya (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi umat manusia
dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang haq dan
yang batil…” (QS. Al Baqarah: 185).
4. Iman Kepada Rasul-Rasul
Kita mengimani bahwa Allah Subhanahu
Wa Ta’ala telah mengutus rasul-rasul kepada umat manusia, Firman Allah Subhanahu
Wa Ta’ala, yang artinya: ” (Kami telah mengutus mereka) sebagai
rasul-rasul pembawa berita genbira dan pemberi peringatan, supaya tiada alasan
bagi manusia membantah Allah sesudah (diutusnya) rasul-rasul itu. Dan Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. AN-Nisa: 165).
Kita mengimani bahwa rasul pertama
adalah nabi Nuh dan rasul terakhir adalah Nabi Muhammad shalallohu
‘alahi wa sallam, semoga shalawat dan salam sejahtera untuk mereka semua.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang artinya: ”Sesungguhnya Kami
telahmewahyukan kepadamu sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan
nabi-nabi yang (datang) sesudahnya…” (QS. An-Nisa: 163).
5. Iman Kepada Hari Kiamat
Kita mengimani kebenaran hari
akhirat, yaitu hari kiamat, yang tiada kehidupan lain sesudah hari tersebut.
Untuk itu kita mengimani
kebangkitan, yaitu dihidupannya semua mahkluk yang sesudah mati oleh Allah Subhanahu
Wa Ta’ala. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang artinya:”Dan
ditiuuplah sangkakala, maka matilah siapa yang ada dilangit dan siapa yang ada
di bumi kecuali yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali
lagi, maka tiba-tiba mereka bangkitmenunggu (putusannya masing-masing).” (QS.
Az-Zumar: 68)
Kita mengimani adanya
catatan-catatan amal yang diberikan kepada setiap manusia. Ada yang mengambilnya
dengan tangan kanan dan ada yang mengambilnya dari belakang punggungnya dengan
tangan kiri. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang artinya: ”
Adapun orang yang diberikan kitabnya dengan tangan kanannya, maka dia akan
diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah dan dia akan kembali kepada kaumnya
(yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan kitabnya
dari belakang punggungnya, maka dia akan berteriak celakalah aku dan dia akan
masuk neraka yang menyala.” (QS. Al-Insyiqaq: 13-14).
6. Iman Kepada Qadar Baik dan Buruk
Kita juga mengimani
qadar (takdir) , yang baik dan yang buruk; yaitu ketentuan yang telah
ditetapkan Allah untuk seluruh mahkluk-Nya sesuai dengan ilmu-Nya dan menurut
hikmah kebijakan-Nya.
Iman kepada
qadar ada empat tingkatan:
1.
‘Ilmu
ialah mengimani bahwa Allah Maha tahu atas segala sesuatu,mengetahui apa yang terjadi, dengan ilmu-Nya yang Azali dan abadi. Allah sama sekali tidak menjadi tahu setelah sebelumnya tidakmenjadi tahu dan sama sekali tidak lupa dengan apa yang dikehendaki.
ialah mengimani bahwa Allah Maha tahu atas segala sesuatu,mengetahui apa yang terjadi, dengan ilmu-Nya yang Azali dan abadi. Allah sama sekali tidak menjadi tahu setelah sebelumnya tidakmenjadi tahu dan sama sekali tidak lupa dengan apa yang dikehendaki.
2.
Kitabah
ialah mengimani bahwa Allah telah mencatat di Lauh Mahfuzh apa yang terjadi sampai hari kiamat. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang artinya: ”Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi. sesungguhnya tu (semua) tertulis dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya Allah yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hajj: 70)
ialah mengimani bahwa Allah telah mencatat di Lauh Mahfuzh apa yang terjadi sampai hari kiamat. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang artinya: ”Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi. sesungguhnya tu (semua) tertulis dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya Allah yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hajj: 70)
3.
Masyi’ah
ialah mengimani bawa Allah Subhanahu Wa Ta’ala. telah menghendaki segala apa yang ada di langit dan di bumi, tiada sesuatupun yang terjadi tanpa dengan kehendak-Nya. Apa yang dikehendaki Allah itulah yang terjadi dan apa yang tidak dikehendaki Allah tidak akan terjadi.
ialah mengimani bawa Allah Subhanahu Wa Ta’ala. telah menghendaki segala apa yang ada di langit dan di bumi, tiada sesuatupun yang terjadi tanpa dengan kehendak-Nya. Apa yang dikehendaki Allah itulah yang terjadi dan apa yang tidak dikehendaki Allah tidak akan terjadi.
4.
Khal
Ialah mengimani Allah Subhanahu Wa Ta’ala. adalah pencipta segala sesuatu. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang artinya: ” Alah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. Hanya kepunyaan-Nyalah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi.” (QS. Az-Zumar: 62-63).
Ialah mengimani Allah Subhanahu Wa Ta’ala. adalah pencipta segala sesuatu. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang artinya: ” Alah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. Hanya kepunyaan-Nyalah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi.” (QS. Az-Zumar: 62-63).
Keempat tingkatan ini meliputi apa yang
terjadi dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala sendiri dan apa yang terjadi
dari mahkluk. Maka segala apa yang dilakukan oleh mahkluk berupa ucapan,
perbuatan atau tindakan meninggalkan, adalah diketahui, dicatat dan dikehendaki
serta diciptakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Daftar pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar